Kamis, 25 Februari 2010

SOAL DAN JAWAB SEPUTAR SYAIKH ABDUL WAHAB

Soal dan jawaban seputar Syekh Imam Muhamad bin Abdul Wahab
Abdurahman Muhamad bin Abdullah as-Suhaim
Assalaamualaikum
Sebagian orang menuduh Syekh Muhamad bin Abdul Wahab
melakukan gerakanya semata-mata untuk membantu keluarga Suud
agar dapat menguasai tanah-tanah yang banyak dan keluar dari
kekuasaan daulah utsmaniyah.…
Mereka juga mengatakan bahwasanya dia adalah agen inggris di
Baghdad…
Mohon penjelasanya, terima kasih.
Jawab:
Wa alaikum salam warohmatullah wa barokatuh, dan terima kasih.
Barang siapa yang mengetahui perjalanan hidup Syekh Muhamad bin
Abdul Wahab – semoga Allah SWT merahmatinya – dengan objektif,
tidak mungkin akan mengatakan seperti itu.
Syekh Muhamad bin Abdul Wahab adalah Imam Mujadid
(pembaharu) bagi pilar-pilar ketauhidan yang telah redup, hal itu
disaksikan oleh banyak ulama umat, baik dari India, Mesir, Syam,
atau dari negeri-negeri muslim yang lain.
Syekh Muhamad Ridho – semoga Allah SWT merahmatinya – berkata :
4
Anda melihat dalam kitab-kitab sejarah modern, bahwa lafadz " alwahabiyah
" digunakan untuk menyebut para pengikut Syekh
Muhamad bin Abdul Wahab ulama sunni pembaharu kebangkitan
agama di Nejd yang terkenal itu.
Dan penguasa al-Astanah ingin mengotori imeg gerakan
pembaharuan itu, mereka menyebar luaskan berita bahwa gerakan
tersebut adalah gerakan menciptakan madzhab baru yang diadaadakan
dalam islam yang menyelisihi madzhab ahli sunnah wal
jamaah, dan mereka mempengaruhi para ulama dan mufti
ahlussunah agar melakukan penolakan terhadap madzhab ini dan
menyatakan sesat dan kafir para pengikutnya!
Dan mereka ( para pengikut Syekh Muhamad bin Abdul Wahab)
mengingkari setiap madzhab dalam masalah usul selain madzhab
salafus soleh, dan mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hambal dan
para pengikutnya dalam masalah furu.'
Akan tetapi Daulah Utsmaniyah dan pemerintahan Mesir ketika itu
lebih kuat dari mereka dalam menjelaskan kepada rakyat mereka
bahwa mereka (kaum wahabi ) menganut madzhab baru.
Sekilas pengamatan terhadap pandangan orang-orang seputar
Wahabiyah:
Banyak kaum muslimin di Hijaz, Mesir, Suriyah, al-Astanah, al-
Anadhul dan ar-Rumlali masih meyakini bahwa penduduk Nejd
memilki madzhab yang menyelisihi madzhab ahlusunnah, karena
sebagian yang menulis tentang mereka mengatakan: sesunggunnya
mereka adalah orang-orang yang mengkafirkan kaum muslimin yang
selain mereka, dan mengatakan tentang Nabi saw sesuatu yang
sifatnya menghina, dan tatkalah mereka menguasai Madinah Al-
Munawwaroh, mereka mengambil bintang yang berkilauan dari
kamar Nabi, juga mengambil permata dan harta-harta yang berharga,
dan mereka mengikat tali kuda di dalam masjid yang mulia. Mereka
yang melemparkan tuduhan-tuduhan itu tidak melakukan klarifikasi,
dan tidak pula mempelajari dengan teliti mana hal yang dikategorikan
kekufuran dan mana yang tidak, tuduhan-tuduhan itu hanyalah
5
bersifat politis, dan politik itu selalu menghalalkan kebohongan,
fitnah, membalikan fakta dan segala bentuk kemungkaran yang
dapat mengantarkan tujuan!, kemudian mereka itu lupa terhadap
apa yang terjadi dalam undang-undang mereka, undang-undang
mereka jelas-jelas telah melakukan pelanggaran terhadap prinsipprinsip
agama dan furu'nya yang qoth'i dan disepakati, perkara yang
ma'lum dalam agama yang setiap pengingkarnya adalah kafir dengan
kesepakatan para ulama, seperti melegalkan perzinaan, riba,
pembunuhan karena alas an politik maupun militer yang jelas
melanggar syar'i, dan mereka juga lupa apa yang dikatakan ulama
mereka: Bahwa ridho terhadap kekufuran adalah sebuah kekufuran,
dan lupa dengan omongan-omongan yang mereka dengar dan
prilaku-prilaku yang mereka lihat setiap hari yang dikategorekan para
fuqoha' mereka sebagai kekufuran dan kefasikan, dan kenapa mereka
tidak mengatakan: Barang kali apa yang dikatan terkait penduduk
Nejd – jika itu benar – semata-mata karena kebodohan sebagian
mereka bukan karena doktrin madzhab mereka, sebagaimana hokum
undang-undang dan prilaku-prilaku kebanyakan orang-orang fasik
dan murtad di negeri kami semata-mata karena kebodohan sebagian
orang terhadap agama dan meninggalkan petunjuk yang benar dan
bukan sebagai bentuk madzhab Abu Hanifah yang menjadi madzhab
pemerintah dan kebanyakan wilayah di Turki, tidak pula bentuk
madzhab Malik dan Syafi'i yang dianut oleh kebanyakan penduduk
negeri-negeri arab ini.
Hingga akhirnya Syekh Muhamad Rosyid Ridho mengatakan:
Dan pemerintah Nejd tidak berhukum kecuali dengan fiqh Imam
Ahmad, tidak ada undang-undang di sana selainya, dan tidak seorang
pun di sana mengamalkan dan berhukum dengan perkataan hasil
ijtihad Muhamad bin abdul wahab, dan tidak pula ada disana
seseorang yang terang-terangan melakukan kemaksiatankemaksiatan
besar.
Kemudian Syekh Muhamad Rosyid Ridho menyebut para fanatis
madzhab, beliau mengatakan:
6
Mereka sesungguhnya ingin mencabut dari penduduk Nejd sebutan
hanabilah (para pengikut madzhab Ahmad bin Hambal), karena
sebutan itu mendukung mereka, lalu mereka memberi nama al-
Wahabiyah ( para pengikut Muhamad bin Abdul wahab ), atau jika
tidak hendaklah mereka mendatangkan satu permasalahan saja yang
dijalankan oleh mayoritas penduduk Nejd yang tidak memilki dasar
dalam kitab maupun sunnah, tidak pula dalam kitab-kitab madzhab
Imam Ahmad bin Hambal, sebagaimana mereka mendatangkan
kepada mereka banyak permasalahan yang menyalahi aqidah islam,
hukum-hukum ibadah dan peradilan, yang merebak di negeri mereka
yang tidak memilki dasar dalam kitab maupun sunnah dan pendapat
imam-imam.
Syekh menutup pembicaraanya itu dengan perkataanya: Itu adalah
hakekat orang-orang yang disebut dengan al-Wahabiyah dan al-
Mutadayinah, dan penisbatan mereka kepada para pengikut
madzhab-madzhab yang masyhur, kami rangkumkan dari apa yang
telah kami baca dalam kitab-kitab mereka, dan dari apa yang kami
amati dan kami klarifikasikan, selesai.
Dan keluarnya Imam Muhamad bin Abdul wahab serta munculnya
beliau di Nejd bukanlah bentuk pembangkangan terhadap Daulah
Utsmaniyah, dengan beberapa argument:
Pertama: Sesungguhnya Nejd tidak masuk dalam pemerintahan
Daulah Utsmaniyah ketika muncul dakwah Syekh Muhamad bin
Abdul Wahab, tetapi dipemerintahan oleh beberapa kabilah-kabilah,
dan ia bukan pemerintahan syar'iyah, bukan pula wilayah umum,
setiap kampung di sana memliki amir (pemimpin) yang tidak
berkewajiban taat kepada seorang pun.
Di wilayah Huraimla' ada amir, diwilayah Uyainah ada amir, di
Jubailah ada amir, dan di Dir'iyah juga ada amir.
Dan hokum yang diterapkan juga bukan kitab dan sunnah, tetapi
berhukum kepada adat istiadat dan lainya.
Kedua: Jika demikian, maka yang merebak di Nejd ketika itu dan
juga di negeri-negeri islam yang lain, baik yang berupa kesyirikan,
7
menyembah kubur, menyembelih dan nazar untuk kuburan,
bergantung kepada selain Allah SWT; seperti kepada pohon dan batu,
berhukum dengan selain hokum Allah SWT – sebagaimana yang telah
dipaparkan oleh Syekh Rosyid Ridho – menjadikan orang yang
membangkang terhadap Daulah Utsmaniyah ketika itu bukan
termasuk pemberontak ataupun agen, tetapi ia dikategorekan keluar
dari ketaatan kepada Daulah berdasarkan sabda Raulullah saw saat
melihat adanya kekufuran yang nyata (kufur bawah.(
Ubadah bin as-Shomit r.a. berkata: Nabi saw memanggil kami, lalu
kita berbaiat kepadanya, maka yang Beliau wajibkan atas kami
adalah berbaiat untuk mendengar dan taat, baik dikala giat maupun
tidak, sulit maupun mudah, dan di kala keadaan tidak
menyenangkan kami, dan hendaklah kami tidak menentang perintah
orang yang memiliki otoritas untuk memerintah, kecuali jika kalian
melihat kekufuran yang nyata, yang kalian memiliki bukti dari Allah
SWT di dalamnya. (HR: Bukhari Muslim .(
Ketiga: Kalau saja Daulah Utsmaniyah kita anggap memiliki
kekuasaan, dan kekuasaanya adalah syar'I, lalu terjadilah apa yang
terjadi, dan memberontaklah orang yang memberontak, kemudian ia
menguasai sisi-sisinya atau menguasai Negara, maka kekuasaanya
menjadi kekuasaan yang syar'i jika pemimpinya berhukum dengan
hokum Allah .
Tidakah anda melihat bahwa Daulah Umawiyah berdiri berdasarkan
kemenangan Malik binMarwan atas Ibnu Zubair, dan penentanganya
terhadapnya hingga keadaan stabil
Para ahli sejarah mengkatagorikan pemerintahan Ibnu Zubair sebagai
pemerintahan khilafah.
Ibnu Katsir mengatakan: Pemerintahan Abdullah bin Zubair, dan
menurut Ibnu Hazm dan sekelompok orang adalah amirul mukminin
ketika itu.
Kemudian berkata :
Dan pemerintahan Ibnu Zubair semakin besar di Hijaz dan
sekitarnya, orang-orang membaitnya di sana setelah Yazid, ia
8
mengutus saudaranya Ubaidullah bin Zubair untuk memerintah kota
Madinah, kemudian penduduk Bashrah mengutus utusan kepada
Ibnu Zubair…. Dan ia mengutus Abdurohman bin Yazid al-Anshori ke
Kufah , dan mengutus Tolhah bin Ubaidillah untuk memerintah
Kharaj, dan dua negeri itu tunduk semua kepadanya, dan mengutus
utusan kepada penduduk Mesir, lalu mereka membaitnya, dan
mengangkat Abdurahman bin Jahdar untuk memerintah di Mesir,
dan seluruh jazirah taat kepadanya, dam mengutus Harits bin
Abdillah bin Robi'ah, dan mengutus utusan ke Yaman lalu mereka
membaiatnya, dan mengutus utusan ke Khurosan lalu mereka
membaiatnya, dan mengutus utusan kepada Dhohak bin Qais di
Syam lalu ia berbaiat.
Anda melihat bahwa pemerintahan Ibnu Zubair bukan sebuah
pembangkangan terhadap al-Hajjaj, akan tetapi baiat umum dan
khilafah yang mencakup Hijaz, Yaman, Mesir dan sebagian besar
negeri-negeri Syam, meski demikian menangnya Abdul Malik bin
Marwan atas pemerintahan telah menjadikanya sebagai khalifah.
Dan ijma' telah menetapkan syahnya Daulah Umawiyah secara
syar'i, dan bahwasanya ia adalah Daulah Islamiyah.
Karena itu, para ulama mengkatagorikan di antara syarat-syarat
syahnya kepemimpinan adalah menangnya seseorang atas
pemerintahan dengan kekuatan.
Syaikhul islam ibnu Taimiyah mengatakan: Para imam salaf
mengatakan bahwa barang siapa memiliki kemampuan dan
kekuasaan yang dapat ia gunakan untuk mencapai kepemimpinan,
maka ia termasuk pemimipin-pemimpin yang Allah SWT
memerintahkan agar ditaati selama mereka tidak memerintah untuk
melakukan kemaksiatan kepada Allah SWT.
Syekh Syinqiti mengatakan: Ketahuilah bahwa imamah
(kepemimpinan) itu syah dengan salah satu dari perkara-perkara
berikut – kemudian ia menyebutkan diantaranya: -
Keempat: Ketika ia mengalahkan manusia dengan pedangnya dan
merebut kekhilafahan dengan kekuatan hingga kondisi stabil
9
denganorang-orang tunduk kepadanya, karena memberontak
kepadanya ketika itu sama dengan menyalahi jamaah muslimin dan
menumpahkan darah mereka. Sebagian ulama mengatakan: Dan
termasuk ke dalam jenis inilah ketika Abdul Malik bin Marwan
melakukan pemberontakan terhadap Abdullah bin Zubair dan
membunuhnya dengan tangan Hajjaj bin Yusuf, lalu kondisi stabil,
sama dengan yang dikatakan Ibnu Qudamah dalam kitab al-mughni.
Kemudian Muhamad bin Abdul Wahab – semoga Allah SWT
merahmatinya – dalam melakukan dakwah tidak semata-mata untuk
menolong seseorang tertentu, namun ia berdakwah untuk menolong
agama, kemudian ia diperangi dan di lawan, kemudian Allah SWT
menundukan dan mengarahkan Imam Muhammad bin Su'ud –
semoga allah merahmatinya – untuk menolong membantu beliau
dalam memperlancar tersebarnya dakwah.
Dan barang siapa mengetahui perjalanan hidup Syekh Muhamad bin
Abdul Wahab – semoga Allah SWT merahmatinya – dengan penuh
objektifitas tidak akan mungkin mengatakan bahwa ia adalah seorang
agen, dengan beberapa alasan:
Pertama: Bahwa Syekh melakukan berbagai perjalanan untuk
menuntut ilmu, ia pergi ke Makah, kemudian ke Madinah, kemudian
ke Irak, semua itu dalam rangka menuntut ilmu, dan beliau ingin
pergi ke Syam, akan tetapi bekalnya tidak mencukupi untuk sampai
ke Syam.
Kedua: Bahwa Syekh sangat getol dalam menegakan tauhid dan
menanamkanya, ia melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar,
prilaku seperti itu bukan prilaku para agen, justru itu adalah prilaku
para ulama pewaris Nabi.
Ketiga: Bahwa Syekh sebelum ia berhubungan dengan Imam
Muhamad bin Su'ud, dulunya ia di negeri Huraimla', kemudian
keluar dari Huraimla' ketika menerima siksaan yang disebabkan ia
mengingkari kemungkaran, kesyirikan dan pelanggaran-pelanggaran
yang gemar dilakukan masyarakat. Maka ia pergi ke negeri Uyainah,
kemudian keluar dan pergi ke Dir'iyah.
10
Keempat: Beliau menghancurkan kubah di dekat negeri Jubailah,
yang dianggap masyarakat berada di atas kuburan Zaid bin Khottob,
penduduk Jubailah menentangnya, namun penguasa Uyainah Ibnu
Mu'ammar mendukung dan membantunya dalam menghancurkan
kubah dan membersihkan wajah-wajah kesyirikan. Para agen
biasanya mendirikan kubah-kubah, mencari segala yang dapat
melalaikan manusia dan menyibukan mereka, sedang para ulama
tugasnya menghancurkan kubah-kubah dan mengembalikan
manusia kepada agama mereka.
Kelima: Bahwa hubungan Imam Muhammad bin Abdul Wahab
dengan Imam Muhamad bin Su'ud adalah terjadi setelah gemparnya
perkara dan tersebarnya berita dan penyebutan tentang Syekh
Muhamad bin Abdul Wahab, terutama setelah beliau menghancurkan
ka'bah dan tidak ada dampak apapun yang terjadi seperti yang
diyakini para pendiri kubah dan penyembah kubur!
Imam Muhammad bin Abdul Wahab masuk negeri Dir'iyah dengan
diam-diam, beliau tinggal di sisi salah seorang ulama di sana,
namanya Muhammad al-Uraini, Syekh Uraini takut kepada Muhamad
bin Su'ud dan mengkhawatirkan dirinya, kemudian istri Imam
Muhamad bin Su'ud yang bernama Mudhy mendengar berita tentang
Syekh, maka ia mendorong dan menganjurkan suaminya agar
menolong Syekh, dan menjelaskan kepadanya bahwa yang demikian
itu adalah kemuliaan di dunia dan akhirat, maka ia menerima saran
istrinya, dan Allah SWT menolong Imam Muhamad bin Abdul Wahab
melalui Imam Muhamad bin Su'ud, dan Allah pun memberi kejayaan
kepada Imam Muhamad bin Su'ud sebagai balasan atas pertolongan
yang ia berikan kepada Imam Muhammad bin Abdul Wahab.
Anda sekarang melihat bahwa Imam Muhamad bin Abdul Wahab
tidak memilki hubungan apapun sebelumnya dengan penguasa
Dir'iyah Imam Muhamad bin Su'ud, dari sini nampak kebohongan
perkataan bahwa Syekh Muhamad bin Abdul wahab tidak melakukan
gerakan dakwanya kecuali untuk membantu keluarga Su'ud dalam
menguasai tanah yang banyak.
11
Keenam: Fakta membuktikan kebohongan tuduhan itu, karena
sesungguhnya telah terjadi komitmen antara Ibnu Su'ud dan Syekh
untuk menolong agama Allah dan menegakan tauhid. Itulah fakta
yang ada, dan itulah yang terjadi sesungguhnya.
Dulu jazirah arab penuh dengan kesyirikan, seperti menyembah
kuburan, bertabaruk dengan pohon dan batu, meminta kepada jin
dan lain-lain, lalu semua itu hilang berkat karunia Allah SWT,
kemudian berkat dakwah Syekh Imam pembaharu dan pertolongan
Imam Muhamad bin Su'ud.
Ketujuh: Kalau sekiranya Syekh adalah seorang agen, tentu
serangan-serangan Mesir yang di pelopori Ibrahim Basya dan
ayahnya Muhamad Ali Basya dan Ahmad Tusun dan antek-anteknya
tidak akan terjadi secara bertubi-tubi untuk memadamkan cahaya
dakwah Syekh yang telah menyinari kegelapan itu!, dan seranganserangan
itu terjadi atas isyarat dari penjajah perancis yang
menduduki beberapa negeri muslim, karena mereka khawatir
terhadap bangkitnya gerakan dakwah yang benar yang mengajak
kepada islam yang benar yang bersih dari noda-noda kesyirikan,
karena mereka sadar bahwa hali itu akan menghancurkan aqidah
salib mereka!
Akhirnya:
Timbul pertanya pada diri sendiri:
Kenapa kita tidak mendengar celaan seperti ini terjadi terhadap orang
yang sebenarnya lebih berhak untuk itu
Kenapa perkataan seperti itu tidak dikatakan terhadap orang yang
telah menghancurkan Daulah Utsmaniyah lalu mendirikan negara
sekuler di atas puing-puingnya!
Maksud saya adalah boneka barat yang bernama: " Kamal Ataturk!"
Dia itu agen sesungguhnya!
Dialah penghancur Daulah Utsmaniyah, dia pula yang membangun
Negara kafir sekuler di atas puing-puingnya!
Aneh, orang seperti dianggap pembaharu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

adi.joos6@gmail.com