Kamis, 04 Maret 2010

Jihad Syaikh Utsman Dan Fodio dalam Mendirikan Negara Islam

Syaikh Utsman dan Fodio menjelaskan prinsip perjuangannya dalam bukunya Masa'ilul Muhimah (Perkara-perkara Prinsipil) yang ditulisnya setahun sebelum berhijrah ke Gudu. Di dalam buku tersebut dijelaskan mengapa ia melancarkan jihad melawan pihak penguasa:
  1. Prinsip akidah dalam Islam ialah berhukum dengan hukum Allah.
  2. Kewajiban  bagi   setiap  muslim untuk taat kepada Imam atau Khalifah.
  3. Kewajiban hijrah dari negara yang tidak berhukum dengan hukum Allah kepada Daulah Islamiyah bagi mereka yang mampu.
  4. Kewajiban jihad melawan orang kafir dan orang-orang yang membantu mereka dengan kekafiran.
  5. Siapa yang membantu orang kafir (dalam memerangi kaum muslimin karena agamanya) berarti telah melakukan perbuatan kufur.
Coba Anda perhatikan, betapa mirip kesamaan prinsip antara Syaikh Utsman Dan Fodio dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab!

Syaikh Utsman Dan Fodio tidak menggangap Hausa sebagai sebuah Daulah Islamiyah (Negara Islam) karena negeri tersebut tidak berhukum dengan hukum Allah. Sultannya juga bukan Imam atau Khalifah yang sah karena mereka tidak dilantik oleh masyarakat Islam. Jadi, negeri itu termasuk Daulah Kufriyah (Negara Kafir), yang karenanya berhijrah dari negara tersebut ke Negara Islam adalah wajib. Ulama di situ ada juga yang menjadi kafir karena mereka tolong-menolong dalam kekafiran dan mereka bersahabat dengan orang kafir demi kepentingan pribadi.

Sultan Hausa pun dianggap tidak berbeda dengan orang kafir karena ia mencampuradukkan Islam dengan kekafiran. Di dalam bukunya Tanbihul Ikhwan Syaikh Utsman berkata:
"Sultan-sultan Hausa terang-terang kufur, walaupun mereka mengaku diri mereka sebagai seorang Islam. Mereka tidak mau menurut jalan Allah dan mereka menaikkan bendera kepentingan diri sendiri di atas bendera Islam.''

Pada 1804, selepas berhijrah dari Degel ke Gudu, Syaikh Utsman Dan Fodio mulai melancarkan jihadnya. Sultan Yunfa, pengganti Sultan Nafta, menyerang jamaah Syaikh Utsman, namun tentara mereka justru telah terkepung dan kemudian dikalahkan. Akhirnya pada 1810 bergejolaklah jihad fi sabillillah di seluruh negeri Hausa. Syaikh Utsman dan pengikutnya boleh dikatakan berhasil menguasai seluruh negeri Hausa. Tahun itu juga ia bergerak ke Sifawa. Di sanalah ia menutup usianya setahun kemudian.

Sebelum meninggal Syaikh Utsman melantik adiknya Abdullah untuk menjaga kawasan timur dan putranya Muhammad Bello menjaga di sebelah barat. Ibukota Daulah Islamiyah tersebut adalah Sokoto yang terletak di sebelah barat. Demikianlah kedua kawasan tersebut diperintah dengan pembagian yang demikian hingga para pewaris Syaikh Utsman memerintah.

Muhammad Bello, putra Syaikh Utsman, menyambung usaha ayahnya dan telah berusaha bersungguh-sungguh untuk menjadikan negara tersebut menjadi sebuah Daulah Islamiyah yang sempurna. Di dalam bukunya Al-Ushul, Muhammad Bello mengatakan:
"Salah satu dari prinsip Islam adalah keadilan. Imam mestilah memerintah rakyatnya dengan adil. Kemajuan tidak akan tercapai tanpa keadilan dan keadilanlah asas kemajuan sejati.
Makhluk yang paling dibenci dan jauh dari Allah ialah penguasa yang zalim. Siapa yang berbuat kezaliman akan dilaknat Allah. Penguasa yang zalim tidak akan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Menyerahkan kekuasaan kepada mereka yang tidak layak memerintah adalah bentuk kezaliman."
Daulah ini tetap eksis hingga Inggris berhasil menaklukkan seluruh Nigeria Utara dan memaklumatkannya sebagai koloninya pada 1900.


Apa yang Diwariskan Syaikh Utsman?

Semasa hidupnya Syaikh Utsman Dan Fodio menulis setidaknya 115 buku dalam bahasa Arab. Adiknya, Abdullah menulis tidak kurang dari 100 buah buku dalam bahasa Arab berkenaan dengan politik, undang-undang, tasawuf, dan sebagainya. Bahkan Syaikh Utsman dikenal dengan Tafsir Al-Qur’an-nya yang masyhur berjudul Dhiya’ut Thawil yang terdiri dari empat jilid. Adapun Muhammad Bello menulis tidak kurang dari 80 buah buku dalam bahasa Arab termasuk Infaqul Manshuri yang menyentuh tentang sejarah pergerakan jihad ayahnya dan gerakan jihad yang lain di kawasan Sudan Barat. Ia juga menulis Ushulus Siyasah.

Fakta di atas menjadi indikator tingginya taraf pembacaan dan kemajuan ilmiah pada masa itu di Afrika Barat jika dibandingkan dengan masa sekarang. Tulisan dalam bahasa Arab juga menunjukkan bahwa Syaikh Utsman memiliki banyak pengikut yang memahami bahasa Arab.

Syaikh Utsman pernah dikrititik oleh orang tentang menggalakkan pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan atas alasan beliau membiarkan wanita menghadiri ceramahnya. Utsman menjawab, dia menganggap kejahilan adalah lebih buruk dari pergaulan lelaki dan perempuan. Di samping itu beliau menegaskan bahawa Muslimat yang menghadiri ceramahnya menutupi aurat dan duduk terpisah dari lelaki.

Di dalam bukunya Masa'ilul Muhimah, Syaikh Utsman mengakhiri tulisannya dengan menjelaskan kedudukan ulama dan cendekiawan Islam dalam Daulah lslamiyah. Ia memberi pesan kepada ulama agar bersikap independen terhadap orang kuat dan orang kaya di dunia ini. Ia berkata:
"Ulama semestinya tidak meminta sedekah di pintu orang tetapi orang lainlah yang patut datang ke pintu rumahnya. Karena, ulama dapat memenuhi hasrat dirinya dan orang banyak dengan cara memisahkan diri mereka dari orang kaya dan orang yang berkuasa. Ulama sejati tidak akan melawat ke rumah orang kaya atau orang kuat dengan alasan apapun. Seharusnya mereka mecurahkan segenap waktunya untuk menolong masyarakatnya dengan semangat ‘Inna lillahi wa inna ilahi raji’un‘.”

Karya Syaikh Utsman Dan Fodio yang paling penting ialah Ihya’us Sunnati wa Ikhmadul Bida’ yang ditulis dengan tangan dalam bahasa Arab yang baik. Ia berkata:
"Biarlah pengkritik buku ini mengerti bahwa tujuan buku ini adalah untuk mengembalikan Sunnah Rasulullah SAW dan menghapuskan tradisi setan yang bukan berasal dari ajaran Islam. Tujuan saya bukanlah untuk mencari kesalahan orang atau menghina orang. Siapa yang mencari-cari kelemahan orang, maka Allah akan menunjukkan kelemahannya sehingga semua orang mengetahuinya walaupun ia bersembunyi di bagian tengah rumahnya. Mukmin yang sejati meminta ampun kepada Allah sementara orang munafik suka mencari-cari kesalahan orang dan mengumpat. Allah hanya akan menolong orang-orang yang menolong saudara seislamnya.”

Ihya’us Sunnati wa Ikhmadul Bida’ jelas ditulis tidak ditujukan kepada orang- orang jahil dari kalangan awam, orang yang buta aksara, atau orang yang baru masuk Islam. Syaikh Utsman memaksudkan buku ini untuk mereka yang telah mengenal prinsip-prinsip ajaran Islam. Misalnya, dalam buku ini ia tidak mengajarkan tentang bagaimana tata cara ibadah seperti puasa, zakat, dan haji. Namun, pokok pembahasannya adalah untuk memberitahu pembaca tentang amalan sunnah yang patut dipegang teguh oleh masyarakat dan tradisi kufur yang mesti mereka tinggalkan. Syaikh Utsman menegaskan:
"Menjadi kewajiban atas setiap muslim untuk memulai dari dirinya sendiri dalam mengerjakan hal-hal yang wajib dan menjauhkan diri dari yang mungkar. Selanjutnya mereka mesti mengajarkannya kepada keluarga dan kerabatnya. Kemudian mereka mesti mengajarkannya kepada tetangga, warga kampung, orang-orang pelabuhan, orang yang tinggal di sekeliling pelabuhan, dan seterusnya hingga ke seluruh pelosok dunia. Ini perlu dilakukan hingga tegaknya pemerintah Islam di muka bumi  ini atau telah terdapat orang yang menjalankan dakwah di seluruh dunia. Inilah tanggung jawab penting bagi setiap orang yang ingin mendedikasikan hidup dan matinya untuk menyebarkan Islam."


Penjajah British pada mulanya berpura-pura datang sebagai peniaga dan menipu Amir dengan mengaku bahawa mereka adalah peniaga yang aman yang datang untuk berniaga bukan untuk tujuan-tujuan lain. Di bahagian selatan, di mana penduduknya terdiri dari orang-orang bukan Islam, mereka mendirikan sekolah-sekolah Kristian dan hospital-hospital. Selepas itu, mereka menguatkan kedudukan mereka dan merampas semua kawasan selatan. Ini diikuti pula dengan penguasaan bahagian utara. Mujahidin Islam berjihad bermati-matian dan beribu-ribu syahid demi mempertahankan negara   Islam. Mereka menghadapi senapang British tanpa gentar dan menyambut kematian dengan gembira.


Pengaruh Syaikh Utsman bagi Perkembangan Islam di Nigeria

Setelah Nigeria dijajah Inggris, posisi kaum muslimin semakin lemah, terutama kaitannya dengan upaya menentang pihak penjajah. Mereka tetap mengadakan perlawanan walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka enggan mengikuti kebudayaan Eropa dan lebih memilih untuk memelihara cara hidup islami. Di era penjajahan Inggris mereka terus melestarikan Kelas Al-Qur'an dan Mahkamah Syariah. Amir (pemimpin) dari tiap-tiap secara umum masih memiliki pengaruh atas orang-orangnya.

Setelah Nigeria merdeka, Ahmad Bello, salah seorang keturunan Syaikh Utsman dan Fodio, dilantik menjadi presiden pertama. Ia mendirikan banyak masjid dan mengayomi kekuatan Islam dalam politik dan kebudayaan, hingga ia pun terbunuh pada 1966 oleh konspirasi Zionis dan para pendeta Kristen. Kemudian Nigeria diperintah oleh musuh-musuh Islam hingga sembilan tahun selepas pembunuhan itu Nigeria mengalami huru-hara dan perang saudara.

Jenderal Murtala mengambil alih kekuasaan melalui kudeta dalam bulan Julai 1976. Dalam masa tujuh bulan saja, Jenderal Murtala dapat memperbaiki keadaan dan menyusun ulang undang-undang Syariah serta menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh rakyatnya. Kembali musuh-musuh Islam khawatir jika Nigeria menjadi Daulah Islamiyah. Dengan bantuan Amerika dan Inggris, Jenderal Murtala pun dihabisi.

Terbunuhnya Jenderal Murtala membuka mata umat Islam Nigeria. Hari demi hari mereka mula menunjukkan keberpihakan mereka terhadap Islam. Mereka menolak sistem pendidikan sekuler yang ada di Nigeria, sehingga orang yang buta huruf tahu bahwa dasar pendidikan sekuler adalah materialisme dan mempunyai nilai akhlak yang rendah. Untungnya, mereka yang berpendidikan Barat dan menduduki posisi tinggi di sektor publik, universitas, dan ranah politik tidak mudah dikelabui oleh kemewahan Barat dan tetap setia kepada Islam dan tradisinya. Muslimin Nigeria terus mengenakan baju tradisionalnya dan enggan mempraktikkan undang-undang Barat dalam keseharian mereka.

Kenyataan ini bukan berarti semua keadaan sudah beres. Kebodohan dan buta huruf masih cukup luas, dan ini menjadi celah bagi pihak penjajah dan musuh-musuh Islam untuk mengeliminasi Islam melalui sistem pendidikan sekuler. Ulama kampung cukup kewalahan menghadapi tantangan ini. Pada mulanya mereka mengharapkan bantuan dari negara-negara Arab, namun akhirnya mereka merasa betapa mereka telah dikecewakan. Kini mereka berusaha untuk berdiri di atas kaki sendiri.

Pengaruh Syaikh Utsman Dan Fodio sangat terasa dalam perlawanan terhadap penjajahan Inggris dan musuh-musuh Islam. Bukan hanya bagi umat Islam di Afrika Barat, namun juga menjadi inspirasi bagi Gerakan Al-Mahdi di Sudan. Bahkan Al-Mahdi menujukkan perhatian yang tinggi terhadap karya Syaikh Utsman. Pengaruh langsung perjuangan Syaikh Utsman ini menjadi motor utama gerakan jihad Muhammad Ahmad yang menentang penjajahan Inggris di Sudan (1885-1899).

Seperti para pengikut Syaikh Utsman Dan Fodio, umat Islam yang berjuang di Nigeria berkeyakinan bahwa jihad adalah suatu hal yang tidak mustahil berlangsung di sana. Waktulah yang akan berbicara. Bagi mereka, musuh-musuh Islam di sana sulit diruntuhkan jika hanya dengan menggunakan cara damai.

Sebagai seorang Amir, administrator, dan pemimpin negara, Syaikh Utsman Dan Fodio merupakan sosok yang bijaksana, berpikiran sehat, serta memiliki analisis yang dalam dan kepiawaian berdiplomasi. Di mata pengikutnya, ia dianggap sebagai seorang mujaddid (pembaru) dan mujahid. Hari ini pun umat Islam telah mengambil inspirasi dari Syaikh Utsman Dan Fodio dan Khalifah Sokoto untuk membangkitkan kembali ruh Islam di Nigeria.(an najah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

adi.joos6@gmail.com